lg

lg
Sabtu, 05 April 2014
0 komentar

Sepatah Kata Untuk Bunda Tercinta



Ustadz Abu Nasim Mukhtar

Ibunda tercinta,

Hati Ananda terasa terombang-ambing oleh rasa bersalah yang tak bertepian. Gelombang dan arus perasaan berdosa membuat Ananda terpuruk dalam pusaran sesal disertai kisaran-kisaran angin kesedihan. Jiwa Ananda bagai remuk redam. Bagaimana tidak demikian perasaan Ananda? Sementara termaktub sebuah rangkaian sabda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang membuat Ananda bergetar kencang.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda di dalam sebuah hadits :
“Celakalah dia! Celakalah dia! Celakalah dia!” Ada shahabat yang bertanya, “Siapakah yang Anda maksudkan, wahai Rasulullah?” Beliau menjelaskan, “Seseorang yang masih berkesempatan untuk menemui kedua orang tuanya ketika telah lanjut usia, atau salah seorang dari mereka, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan dirinya masuk ke dalam surga.’’ 
 [H.R. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah رضي الله عنه]

Astagfirullahal adzim!

Semoga Ananda tidak termasuk dalam golongan manusia yang disebutkan dengan kejelekan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم di dalam hadits di atas. Ananda bertekad untuk masuk surga dengan menjadi anak yang berbakti selagi kesempatan masih tersisa. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم secara khusus menerangkan bakti anak kepada orang tuanya pada saat telah lanjut usia karena semakin bertambah lanjut usia orang tua, maka pada umumnya semakin berkurang pula perhatian seorang anak untuk mereka.

Ibunda sayang,

Jika Ananda mencoba untuk membayangkan betapa susah dan sulitnya hari-hari Ibunda pada saat mengandung dalam masa sembilan bulan lebih, terasa sekali jika Ananda belum bisa membalas perjuangan Ibunda walaupun hanya setitik. Apalagi jika Ananda membayangkan pengorbanan Ibunda tatkala mempertaruhkan nyawa agar Ananda terlahir di dunia fana ini. Sungguh luar biasa pengorbanan Ibunda.

Ananda tidak mampu membayangkan kesabaran dan ketabahan Ibunda selama dua tahun untuk menggendong dan menyusui Ananda. Setiap saat, setiap waktu, Ananda selalu merepotkan Ibunda dengan tangisan dan rengekan. Malam-malam Ibunda selalu terusik oleh tangisan Ananda yang memecah kesunyian malam. Belum lagi sepanjang siang yang membuat Ibunda tak mampu tenang beristirahat karena kenakalan Ananda. Ibunda memang sungguh-sungguh hebat!

Maha Benar Allah dalam firman-Nya :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ #  وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya. ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." [Q.S. Luqman : 14-15]

Ibunda tercinta,

Maafkanlah Ananda yang terlambat untuk merasakan keindahan dan keluhuran ajaran-ajaran Islam. Selama ini Ananda menganggap Ibunda hanyalah seperti orang lain yang biasa-biasa saja di mata Ananda. Telah berapa banyak petuah-petuah Ibunda yang Ananda abaikan begitu saja. Bahkan, tidak jarang Ananda ditegur Allah karena tidak mengindahkan petuah-petuah Ibunda. Sekali lagi, maafkanlah Ananda.

Duhai alangkah indahnya Allah berfirman di dalam kedua ayat di atas! Demi Allah, tidak ada ajaran hidup yang lebih sempurna dibandingkan Islam. Sungguh tidak ada ajaran hidup hidup yang lebih lengkap dan lebih sempurna bila dibandingkan Islam. Islam benar-benar sempurna di dalam mengatur tata kehidupan manusia. Semua ajaran Islam akan berujung pada ketentraman jiwa dan ketenangan hati bagi siapa saja yang merealisasikannya secara jujur di dalam hidupnya.

Ibunda sayang,

Seringkali perintah berbakti kepada orang tua diletakkan di ututan kedua setelah perintah untuk taat kepada Allah, Rabbul ‘Alamin. Bukankah kenyataan ini menjadi bukti bahwa Islam sangat menghormati dan memuliakan hak-hak orangtua? Ayat-ayat di atas pun disebutkan Allah setelah ayat sebelumnya yang berisi perintah kepada seluruh hamba untuk beribadah secara murni kepada Nya dan tidak mempersekutukan Nya dalam kubangan syirik.

Subhanallah! Oleh sebab itu, maafkanlah Ananda yang terlambat menyadari hal ini.

Suatu waktu, seorang shahabat datang menemui Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, siapakah gerangan orang yang paling berhak untuk mendapatkan perlakuan baik dariku?’’

“Ibumu.” Dengan tegas nabi Muhammad menerangkan.

Shahabat itu bertanya untuk yang kedua kalinya, “Lalu setelah itu, siapakah gerangan?”

“Ibumu.” Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengulang jawaban yang sama.
 
Kali yang ketiga shahabat itu bertanya, “Lalu setelah itu siapa lagi?”

“Ibumu.” Tetap dengan jawaban yang sama Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab pertanyaan ketiga.

Terakhir kali shahabat itu bertanya, “Kemudian siapakah berikutnya?”

“Ayahmu.” Demikian Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menjawab. [H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah رضي الله عنه].

Masya Allah!

Indah sekali Islam yang memerintahkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya, terkhusus ibu.

Ibunda tercinta,

Seorang shahabat yang bernama Jahimah suatu saat datang menemui Nabi صلى الله عليه وسلم. Dia mengungkapkan keinginannya untuk berjihad, membela Nabi صلى الله عليه وسلم di medan tempur. Maka Rasulullah pun bertanya apakah ibunya masih hidup. Jahimah pun menjawab, “Ya.”

Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun menyarankan kepadanya :

“Tetaplah engkau bersamanya. Karena sungguh, surga ada di bawah kakinya.” [H.R. Ibnu Majah dan An-Nasai, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani رحمه الله di dalam Shahihut Targhib].

Subhanallah!

Shahabat ini meminta izin untuk berperang bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Tentunya pahala amalan ini begitu besar. Namun, Rasulullah صلى الله عليه وسلم justru menyarankannya untuk tetap tinggal. Tidak lain dan tidak bukan, agar dia berbakti kepada ibunya.

Cukuplah ini sebagai motivasi Ananda untuk berbakti kepada ibunda. Apalagi, Allah di dalam kedua ayat surat Luqman di atas menyebutkan kelebihan-kelebihan seorang ibu dibandingkan ayah. Hal ini tentu tidak dapat diingkari meskipun oleh sang ayah sendiri, sebab sang ayah pun terlahir dari seorang ibu.

Ibunda sayang,

Ananda ingin sekali meneladani para ulama Salaf di masa lalu yang benar-benar menjadi contoh hidup di dalam berbakti kepada ibundanya.

Ananda ingin mencontoh Manshur bin Al Mu’tamir yang menyisir rambut ibunya untuk membersihkan kutu kemudian merapikannya kembali.

Ananda ingin meniru Al Imam Abu Hanifah yang selalu membawa serta ibunya untuk menghadiri majelis-majelis ilmu. Beliau melakukan itu karena khawatir jika ibunya ditinggalkan, beliau tidak dapat memenuhi hajat ibunya bila menginginkan sesuatu.

Ananda ingin menyamai Muhammad bin Al Munkadir yang lebih memilih untuk memangku kedua telapak kaki ibunya semalam suntuk dibandingkan menegakkan qiyamul lail.

Ananda ingin meneladani Kahmas bin Al Hasan yang berusaha membunuh seekor kalajengking. Namun kalajengking itu bergerak cepat sehingga bisa bersembunyi di dalam sebuah lubang. Kahmas pun memasukkan tangannya ke dalam lubang tersebut yang mengakibatkan tangannya disengat oleh kalajengking. Pada saat Kahmas ditanya, “Kenapa Anda nekat melakukan hal itu?”

“Aku khawatir jika kalajengking ini keluar dari liangnya ia akan menyengat ibuku.” Jawab Kahmas.
Subhanallah!

Ananda juga ingin meniru Zainal Abidin Ali bin Al Husain yang tidak pernah mau makan semeja dengan ibunya. Ketika hal ini ditanyakan kepada beliau, “Mengapa Anda tidak mau makan semeja dengan ibunda Anda sendiri? Padahal Anda dikenal sebagai anak yang paling berbakti kepada orang tuanya?”

“Aku takut mengambil sesuatu sementara pandangan ibuku telah mendahuluinya. Dengan demikian aku telah durhaka kepadanya.” seperti itu beliau menjawab.

Masya Allah!

Anada sangat ingin mencontoh Muhammad bin Sirin yang terlihat seperti orang sedang sakit jika berbicara dengan ibunya. Anggapan ini muncul karena Muhammad bin Sirin berbicara dengan lembut dan penuh sopan kepada ibunya, mirip orang yang sedang jatuh sakit.

Ibunda sayang,

Rasa-rasanya Ananda ingin mencium kening Ibunda di tiap pagi dan petang lalu bertanya, “Perintah apa yang harus Ananda lakukan hari ini untuk Ibunda?” Ananda ingin membahagiakan hati Ibunda semampu Ananda bisa lakukan. Berbicara dengan kelembutan dan kasih sayang. Semua Ananda lakukan dengan harapan agar Allah memudahkan Ananda masuk ke dalam surga-Nya.

Seorang ulama bernama Ilyas bin Mu’awiyah terlihat menangis tersedu-sedu ketika ibunya wafat. Ada seseorang bertanya, “Kenapa Anda menangis?” Ilyas pun menjawab, “Sebelum ini, ada dua pintu surga yang selalu terbuka untukku. Namun kini salah satunya telah tertutup.”

Alhamdulillah, ya Allah.

Engkau masih berkenan melimpahkan rahmat dan hidayah-Mu untuk hamba-Mu yang penuh dosa ini. Engkau telah menyadarkan hamba-Mu dengan mengenalkan ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Rasulullah tentang perintah berbakti kepada orang tuanya. Engkau telah memberikan kesempatan kepada hamba-Mu untuk berusaha memasuki surga yang Engkau janjikan dengan keberadaan orang tuaku.

Tidak mampu hamba membayangkan tentang orang-orang itu! Betapa merugi dan menyesalnya mereka kelak.

Orang-orang itu adalah mereka yang terbiasa membentak, memaki bahkan menganiyaya orang tuanya sendiri. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tega membunuh orang tuanya hanya karena berselisih pendapat. Atau ada juga di antara mereka yang berharap besar agar orang tuanya segera meninggal dunia saja agar harta warisannya segera berpindah tangan ke mereka. Na’udzu billah min dzalik.

Tidak mampu hamba membayangkan tentang orang-orang itu! Betapa merugi dan menyesalnya mereka kelak.

Orang-orang itu yang telah membicarakan rencana ke depan, “Di Panti Jompo manakah orang tua kita akan dititipkan?” Mereka yang menganggap orang tua sebagai beban yang menyulitkan saja. Mereka yang tidak senang jika melihat orang tuanya datang berkunjung ke rumahnya.

Mereka yang tidak bersabar ketika orang tuanya telah mulai pikun dan linglung. Mereka yang jauh dari nilai-nilai Islam sehingga tidak mengerti bagaimanakah seorang anak mesti berbakti.

Mereka tidak sadar bahwa esok hari anak-anak mereka pun akan memperlakukan mereka sama dengan perlakuan mereka kepada orang tuanya.

Ibunda tercinta,

Setelah mencoba meresapi makna tiap-tiap kata dari kedua yat surat Luqman di atas, Ananda semakin yakin akan keindahan dan keluhuraan ajaran Islam. Betapa tidak! Jangankan dalam urusan duniawi yang hina dan rendah ini, Islam tetap juga memerintahkan agar setiap anak berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya walaupun berbeda agama berlainan keyakinan.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." [Q.S. Luqman : 15]

Luar biasa ajaran Islam!

Asma’ bintu Abi Bakar radhiyallahu ‘anhaa menceritakan tentang kedatangan ibunya ke kota Madinah semasa gencatan senjata antara kaum muslimin dan kaum Quraisy. Saat itu ibunya masih dalam keadaan musyrik. Asma’ pun bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, “Wahai Rasulullah, ibuku datang menemuiku dengan penuh harap, bolehkah saya berhubungan dengannya?”

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم pun bersabda, “Tentu boleh. Jalinlah hubungan dengan ibumu.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim]

Ibunda tercinta,

Status perintah dari Allah di dalam kedua ayat surat Luqman di atas membuat Ananda tercenung dan termenung. Ternyata kedua ayat di atas disebuat sebagai ‘wasiat’. Artinya, pada hari kiamat nanti Ananda dan seluruh anak yang pernah hadir di alam dunia ini harus siap ditanya dan bertanggung jawab, “Apakah kita telah benar-benar berbakti kepada orang tua?”

Semoga Allah memudahkan. Q

[Ditulis ulang untuk blog www.pemetik-ilmu.blogspot.com dari Majalah Qudwah Edisi 8 Vol.01 2013, hal 9-15]

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih, sudah berkunjung di blog www.pemetik-ilmu.blogspot.com. Semoga bermanfaat ...


 
Toggle Footer
Top