Kota Mekkah Al Mukarramah
Ada sebuah keperluan yang membuat Al-Imam Ahmad harus keluar
meninggalkan ruang penginapan.
Setelah selesai dari keperluan, Al-Imam Ahmad
kembali ke penginapan. Ternyata kamar beliau disatroni dan dimasuki sekawanan
pencuri. Pakaian dan barang perbekalan beliau telah hilang.
“Sekawanan pencuri telah masuk ke kamarmu dan mengambil
pakaianmu!”, kata si pemilik penginapan melaporkan.
Al-Imam Ahmad langsung bertanya,
“Dimanakah catatan-catatan
hadits milikku?”
Rasa senang dan tenang segera mengisi seluruh ruang hati
Al-Imam Ahmad ketika mendapatkan penjelasan dari si pemilik penginapan tentang
catatan-catatan miliknya.
“Masih ada. Catatan-catatan milikmu masih berada di
tempatnya, di lubang angin”
Subhanallah!
Tidak ada pertanyaan lain. Al-Imam Ahmad tidak mempedulikan
pakaian, barang-barang ataupun perbekalan lainnya. Bagi beliau, dunia beserta
isinya sekalipun tidak akan dapat dibandingkan dengan ilmu. Yang terpenting
adalah ilmu.
“Dimanakah catatan-catatan hadits milikku?”
Catatan-catatan hadits itu adalah harta Al-Imam Ahmad yang
paling berharga. Walaupun beliau memperoleh anugrah kekuatan hafalan dan
ketajaman daya ingat, namun Al-Imam Ahmad memilih untuk menyampaikan riwayat
dalam majlis tahdiits dengan cara membaca. Selain itu, catatan-catatan hadits
tersebut adalah hasil jerih payah Thalabul Ilmi.
Luar biasa!
Pasti berbeda dengan kita, Akhi fillah? Barangkali di dalam
hati kita belum tumbuh “rasa memiliki” terhadap ilmu. Buktinya, kita tidak
bersungguh-sungguh untuk menjaga ilmu. Mungkin juga di dalam hati kita belum
tumbuh “rasa sedih” pada saat ilmu yang pernah kita miliki kemudian hilang,
sadar ataupun tidak sadar. Hilang karena maksiat dan dosa. Astaghfirullahal
adziim
Al-Imam Syafi’i pernah di tanya tentang rasa haus beliau
terhadap ilmu. Beliau menjawab,
“Setiap kali aku mendengar satu kalimat yang belum pernah
aku dengar sebelumnya,seakan-akan seluruh anggota tubuhku ingin mempunyai
telinga sehingga bisa merasakan nikmatnya mendengar ilmu, sebagimana dua
telingaku mendengarnya.”
Masya Allah!
Bagi mereka, para ulama Islam, ilmu dan Thalabul Ilmi pasti
mengalahkan segala-galanya. Demi ilmu, apapun akan mereka tempuh. Barangsiapa
menempuh perjalanan demi ThalabulIlmi, pasti Allah akan memudahkan untuknya
jalan menuju surga.
Sebagai penutup, bolehkah kita bertanya kepada sesama kita,
“Dimanakah catatan-catatan ilmu milikmu?”
[Diketik ulang
www.pemetik-ilmu.blogspot.com dari buku “Dari Ayunan Sampai Liang Lahat IMAM
AHMAD rahimahullah Pemuda Ilmu dari Negeri Baghdad hal : 122-124
, Abu Nasiim Mukhtar “iben”
Rifai La Firlaz.]
0 komentar:
Posting Komentar